Ternyata tembang lawas dari Band Edane ini masih sangat cocok untuk menggambarkan apa yang sedang dialami oleh negeri kita saat ini. Dimana pesta demokrasi yang baru saja berlalu seolah telah memecah negeri ini menjadi dua sisi, dimana seharusnya tetap ada dalam satu kesatuan. Untuk lebih lengkapnya mari kita simak apa yang terkandung dalam lyric berikut ini:
Terasa keluhan
Makin keras didengar
Merebak merayap
Di kesunyian malam
Gelisah menunggu diketidakpastian
Ditengah rona nafsu kehidupan
Kepanikan di sana
Kelaparan di sini
Dan entah apa lagi
Satukan dan genggam harapan
Nyanyikan nada perdamaian
Bangunlah dari kekurangan
Tuk masa depan kita
Tanah negeri ini bagai mutu manikam
Sudah tak seindah di dalam buku cerita
Adat keramahan hanya dalam khayalan
Dunia tampaknya sudah makin tua
Tanah ini masih terbentang
Menanti tangan kita
Bukan hanya mencela
Memaki sebar tipu fitnah
Janganlah kekalutan
Trus merenggut jalan hidup kita
Jika tidak salah kesimpulannya, adalah sebuah gambaran situasi dimana masih terasa keluhan dari masyarakat yang makin keras didengar, yaitu tentang kepanikan dan kelaparan. Di negeri yang indah bagai mutu manikam ini, sudah tak seindah seperti di dalam buku cerita. Dimana adat keramahan kini seolah hanya ada dalam khayalan. Negeri ini sedang gelisah menunggu diketidakpastian ditengah rona nafsu kehidupan berpolitik. Karena itu marilah kita untuk tidak lagi “hanya saling mencela, memaki, dan sebar tipu fitnah”. Karena tanah negeri yang indah ini masih terbentang menanti tangan kita. Maka mari kita satukan dan genggam harapan untuk masa depan negeri kita ini.